Masyarakat Indonesia pasti sudah mengenal dan bahkan mengenakan batik. Fenomena batik ini sudah umum terlihat dari berbagai penggunaannya di masyarakat. Di masa lalu, batik punya fungsi penting dalam kehidupan masyarakat Jawa khususnya. Tidak sekedar busana tetapi juga bagian tak terpisahkan dari budaya dan identitas sosial.

Batik di masyarakat Jawa dulunya terbagi menjadi dua: batik larangan atau batik keraton, dan batik saudagaran.
Batik Larangan
Batik larangan atau batik keraton merupakan cikal bakal batik dikenakan sebagai busana. Disebut larangan, karena terlarang dikenakan di luar keraton. Penyebutan larangan tersebut berasosiasi juga pada kepatuhan dan rasa tunduk rakyat untuk tidak mengenakan kain batik selain susuhunannya.
Motif batik larangan terbilang sarat filosofi, tujuannya untuk meningkatkan kharisma penggunanya. Motif batik larangan menjadi cikal pengembangan motif batik selanjutnya oleh para saudagar kain yang ingin mengadaptasi motif batik larangan menjadi motif yang populer dalam komoditinya.
Di masa Perang Diponegoro, tertangkapnya beliau oleh Belanda membuat pasukan dan simpatisannya bersiaga di tempat persembunyiannya. Mereka yang masih yakin perjuangan belum berakhir tetap menunggu komando Pangeran Diponegoro saat nanti dibebaskan. Di dalam masa persembunyiannya yang terpencar di Pulau Jawa, pasukan dan simpatisan Pangeran Diponegoro berakulturasi budaya dengan penduduk setempat.
Pengembangan pengetahuan membatik masif terjadi oleh para simpatisan yang punya keahlian batik dengan masyarakat setempat yang awam batik. Sebagai contoh, simpatisan yang tinggal di Banyumas, menyebarkan keahlian membatik di wilayah tersebut hingga akhirnya tersebar hingga Jawa Barat seperti Tasikmalaya, Ciamis, dan Garut.
Motif larangan yang semula terlarang dikenakan di luar keraton akhirnya bisa dikenakan di luar keraton oleh masyarakat umum.
Batik Saudagaran
Semasih menjadi batik larangan, para saudagar atau pedagang melihat potensi nilai komoditas batik yang menjanjikan. Mereka berupaya membawa tradisi batik keluar dari wilayah keraton tanpa harus ada perseteruan.
Caranya adalah mengadaptasi motif batik larangan lalu mengembangkannya dengan cara ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Misalkan saja dalam membuat motif batik Parang, para saudagar membuatnya serupa tapi tak sama.
Ciri khas batik saudagaran adalah mengedepankan corak keraton dipadu-padan dengan corak kekinian pada masanya. Warna-warna yang dihasilkannya berkembang pesat, semula warlami (pewarnaan alami) menjadi pewarna sintetis atau chemical.
Motif larangan dan motif saudagaran akhirnya berjalan bersamaan tanpa ada konflik berarti.
Batik Masa Kini
Perjalanan batik dari waktu ke waktu mengalami perubahan signifikan. Kain batik yang semula dipakai tanpa potongan dan dibalutkan ke tubuh, beralih menjadi busana jadi dengan bahan kain batik.
Klaim Malaysia yang menyebut batik sebagai budaya tradisinya pun membawa hikmah, membangkitkan semangat nasionalisme masyarakat Indonesia. Selain fungsi busana, batik memiliki fungsi lainnya.
Identitas Budaya dan Nasional
Batik merupakan salah satu simbol identitas nasional Indonesia. Sejak diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda tahun 2009, batik semakin diakui sebagai warisan yang harus dilestarikan. Batik mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Simbolik
Batik sering dikenakan dalam acara resmi kenegaraan, upacara adat, dan momen penting untuk menunjukkan kebanggaan terhadap warisan budaya nasional.
Kegunaan dalam Upacara Adat dan Tradisi
Batik memiliki fungsi yang sangat penting dalam berbagai upacara adat di banyak daerah di Indonesia. Setiap motif batik memiliki makna simbolik yang terkait dengan siklus kehidupan, seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian.
Fungsi Sosial
Batik sering kali digunakan untuk menunjukkan status sosial seseorang di masyarakat. Beberapa motif batik dulu hanya boleh dikenakan oleh kalangan tertentu, seperti keraton atau bangsawan, sehingga memiliki fungsi sebagai penanda status sosial.
Sebagai Media Ekspresi Seni
Batik merupakan salah satu bentuk seni tradisional yang digunakan untuk mengekspresikan kreativitas dan nilai-nilai artistik. Setiap perajin batik menciptakan motif yang sering kali mencerminkan filosofi hidup, alam, atau kepercayaan yang mereka anut.
Fungsi Estetika
Batik tidak hanya berfungsi sebagai pakaian, tetapi juga sebagai karya seni yang dipajang dalam galeri atau dijadikan koleksi oleh para pecinta seni.
Pakaian Seremonial dan Formal
Batik sering dikenakan pada acara-acara resmi dan formal, seperti pernikahan, acara kenegaraan, dan pertemuan bisnis. Pakaian batik memberikan kesan formal, elegan, dan penuh nilai tradisi.
Pakaian Resmi
Banyak instansi pemerintah dan perusahaan yang mewajibkan karyawan mereka mengenakan batik pada hari tertentu sebagai bagian dari identitas profesional dan penghormatan terhadap budaya.
Hub Antar Generasi
Batik juga memiliki fungsi penting dalam menyatukan generasi muda dengan warisan budaya mereka. Melalui batik, generasi muda diajarkan tentang nilai-nilai tradisi, sejarah, dan filosofi yang terkandung dalam setiap motif.
Pelestarian Budaya
Dengan semakin banyaknya desainer muda yang memasukkan batik dalam karya mereka, batik menjadi bagian dari identitas modern, sekaligus tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional.
Fungsi Ekonomi
Batik juga memainkan peran penting dalam perekonomian masyarakat, terutama bagi para perajin batik di daerah-daerah seperti Yogyakarta, Solo, Pekalongan, dan Madura. Industri batik menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Industri Kreatif
Batik menjadi produk unggulan dalam industri fashion, baik di dalam negeri maupun internasional. Banyak desainer yang mengembangkan batik menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Ekspor
Batik juga memiliki nilai ekonomi sebagai produk ekspor yang diminati di pasar internasional, terutama dengan meningkatnya apresiasi global terhadap kain tradisional.
Pendidikan dan Pembelajaran
Batik digunakan sebagai alat untuk mengajarkan nilai-nilai budaya, sejarah, dan seni kepada generasi muda. Banyak sekolah di Indonesia yang mengajarkan cara membuat batik sebagai bagian dari kurikulum untuk melestarikan keterampilan tradisional.
Fungsi Edukasi
Proses pembuatan batik mengajarkan kesabaran, ketelitian, dan menghargai hasil karya tangan. Sekolah-sekolah di Indonesia sering kali menyelenggarakan program untuk mengenalkan siswa pada seni batik, baik melalui teori maupun praktik.
Fungsi Diplomasi Budaya
Batik digunakan sebagai alat diplomasi budaya dalam hubungan internasional. Pejabat pemerintah sering memberikan batik sebagai hadiah kepada pemimpin dunia atau dalam acara diplomatik. Sebagai contoh, batik telah dipakai oleh pemimpin internasional seperti Nelson Mandela dan Barack Obama, menjadikan batik simbol persahabatan dan penghormatan antar negara.
Mode dan Fashion
Batik kini tidak hanya dianggap sebagai pakaian tradisional, tetapi juga menjadi bagian dari mode global. Banyak desainer yang menggunakan batik sebagai bagian dari koleksi modern mereka, membuat batik semakin populer di kalangan fashionista internasional. Ini bisa ditemui dalam berbagai gaya busana, mulai dari pakaian kasual hingga haute couture, menjadikannya simbol fashion yang fleksibel dan trendi.
Pemilik Kerajinan Batik APIP’S Afif Syakur menyebutkan, “Batik dibuat untuk memuliakan penggunanya.”
Batik memiliki fungsi yang beragam di masyarakat, mulai dari simbol identitas budaya dan status sosial, hingga perannya dalam perekonomian dan seni. Keberadaan batik yang begitu mendalam di kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia menjadikannya lebih dari sekadar kain, tetapi juga sebagai alat komunikasi budaya, pendidikan, dan ekspresi identitas. Keren khan?
Dapatkan Informasi Menarik Lainnya di: