Banyuwangi — Setelah sempat absen tahun lalu akibat pemangkasan anggaran, Banyuwangi Batik Festival (BBF) kembali hadir di tahun 2025. Bagi para perajin batik, kehadiran festival ini bukan hanya sebuah perayaan budaya, melainkan juga napas pasar yang menjaga eksistensi batik khas Banyuwangi.

Firman Sauqi, pelaku UKM Batik Banyuwangi sekaligus anggota Asosiasi Pembatik Sekar Jagat Blambangan, menuturkan bahwa BBF telah menjadi tradisi sejak 2013.
“Festival ini adalah ujung tombak pasar kami. Dari tahun ke tahun, motif batik Banyuwangi diperkenalkan kepada publik, menunjukkan bahwa karya lokal punya nilai dan kualitas tinggi,” ujarnya.
Meskipun tahun ini anggaran masih terbatas, dukungan dari dinas terkait serta kolaborasi dengan program Bulan Inklusif OJK membuat festival tetap terselenggara selama dua hari. Tak hanya batik, acara ini juga merangkul banyak sektor kreatif mulai dari desainer, fotografer, musisi, hingga pelaku kuliner lokal.
Firman berharap, ke depan pemerintah daerah dapat kembali memasukkan BBF ke dalam agenda resmi Banyuwangi Festival (BIFES). “Festival ini tidak hanya milik perajin batik, tapi milik semua pelaku kreatif Banyuwangi. Dari sinilah semangat kita tumbuh,” ungkapnya penuh harap.
Dengan semangat gotong royong dan tekad yang kuat, Banyuwangi Batik Festival 2025 membuktikan bahwa tradisi dan kreativitas lokal selalu menemukan jalannya untuk hidup kembali.