https://tk.tokopedia.com/ZShCCaaWK/
in ,

Menjawab Ketidakpastian Ekonomi, YBI Sarankan Fokus Ekonomis Batik

YBI dorong perajin batik beradaptasi di tengah ekonomi lesu lewat produk terjangkau, pameran rutin, dan kejujuran dalam produksi.

Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil memberi dampak signifikan terhadap industri batik. Banyak perajin kecil bergantung pada pasar domestik yang kini cenderung melemah. Namun, di tengah situasi sulit ini, Yayasan Batik Indonesia (YBI) menilai bahwa masih ada peluang bagi batik untuk terus bertahan — asalkan mampu beradaptasi dengan kebutuhan pasar tanpa kehilangan nilai budayanya.

“Memang, jujur saja, kondisi ekonomi sekarang sangat berdampak pada industri batik. Tapi kita bisa mengambil jalan tengah. Batik tidak harus selalu rumit atau mahal,” ujar Ketua Yayasan Batik Indonesia, Gita Pratama Kartasasmita.

Menurutnya, perajin perlu lebih fleksibel dalam menyesuaikan produk. Tidak semua batik harus dibuat dengan teknik tulis yang rumit. Alternatif seperti batik cap dengan motif sederhana dan jumlah warna yang lebih sedikit bisa menjadi solusi agar harga lebih terjangkau bagi masyarakat luas.

“Kalau dibuat lebih sederhana, harganya bisa lebih terjangkau. Pembeli sanggup beli, perajin tetap jalan. Sekarang sudah banyak batik cap bukan printing dijual mulai Rp75 ribu. Walaupun motifnya besar-besar dan warnanya sedikit, tetap batik,” tambahnya.

Gita juga menyoroti tren di kalangan anak muda, terutama pekerja kantoran yang diwajibkan memakai batik. Mereka membutuhkan pilihan batik yang modis namun tidak memberatkan. “Anak muda juga ingin tampil profesional, tapi batiknya harus sesuai kemampuan. Karena itu perajin perlu menyesuaikan,” ujarnya.

Perjuangan Melawan Gempuran Batik Printing

Gita mengungkapkan bahwa tantangan terbesar industri batik saat ini adalah membanjirnya produk printing murah yang sering disalahartikan sebagai batik asli. Ia menyebutkan bahwa lembaganya sudah berupaya bekerja sama dengan berbagai instansi, mulai dari DPR hingga Kementerian Pendidikan, untuk memperkuat posisi batik lokal.

Salah satu kasus yang sempat mencuat adalah pengadaan seragam haji yang seharusnya menggunakan batik dari pembatik resmi. “Departemen Agama sebenarnya sudah menunjuk sekitar 60 pembatik resmi. Tapi biro perjalanan lebih memilih kain printing karena lebih murah,” kata YBI.

Dirjen IKMO bahkan turun langsung ke lapangan dan menemukan ribuan kain printing tersebut. “Beliau sangat marah, sampai bilang ‘bakar saja!’ karena kecewa melihat ketidakadilan itu,” kenangnya.

Meski memahami alasan ekonomi di balik praktik tersebut, Gita menekankan pentingnya kejujuran dalam berdagang.

“Batik itu proses, bukan sekadar motif. Kalau printing, ya harus ditulis printing. Jangan dicampur. Kalau pembeli tahu dan tetap mau beli, silakan, tapi jangan bilang itu batik,” tegasnya.

Pameran dan Promosi Jadi Kunci Pemulihan

Di tengah berbagai tantangan, YBI tetap optimistis sektor batik bisa berkontribusi dalam pemulihan ekonomi nasional, terutama lewat kegiatan pameran dan promosi produk kreatif.

“Lewat pameran seperti Gebyar Batik Nasional atau Hari Batik Nasional, ekonomi tetap berputar, meski skalanya kecil,” jelas YBI.

Ia menilai pameran besar seperti Inacraft di Jakarta memiliki pengaruh signifikan dalam menjaga perputaran ekonomi batik. “Kalau pameran di kota kecil, pembelinya tidak sebanyak di Jakarta. Bahkan orang daerah pun datang ke Jakarta untuk belanja batik,” ujarnya.

Pemerintah memang sempat mendorong agar pameran besar juga digelar di luar kota. Namun menurut YBI, secara realistis, pusat pembeli batik masih berada di ibukota. Karena itu, YBI menilai pameran rutin — baik di dalam maupun luar negeri — menjadi cara paling efektif untuk menjaga eksistensi batik sekaligus meningkatkan penjualan.

“Dengan langkah-langkah kecil tapi konsisten seperti itu, batik bisa terus berkontribusi pada pemulihan ekonomi nasional,” pungkasnya.

Written by Batiklopedia

Batiklopedia

Batiklopedia.com merupakan portal berita spesialis yang mengangkat isu seputaran dunia batik dan wastra Nusantara. Tujuan awal pembuatannya adalah untuk mendokumentasikan pelbagai hal berkaitan dengan upaya pelestarian dan pengembangan batik Indonesia.

Olifant School dan PPBI Sekar Jagad rayakan Hari Batik Nasional dengan edukasi dan peragaan budaya untuk tanamkan cinta batik pada siswa.

Olifant School dan PPBI Sekar Jagad Tanamkan Cinta Batik pada Generasi Muda

Pameran Nusawastra Silang Budaya 2025 (11–17 Okt di Jakarta) pamerkan kain wastra Nusantara, termasuk gringsing Bali & workshop kreatif.

Perayaan Kekayaan Nusantara di Pameran “Nusawastra Silang Budaya 2025”