Batik bukan hanya kain. Ia adalah bahasa visual yang menyimpan filosofi, doa, hingga kisah tentang perjalanan budaya bangsa. Namun di tengah era digital, batik tidak cukup hanya dipajang di etalase atau sekadar ditawarkan lewat harga. Kini, batik perlu dipasarkan dengan cerita.
Sebuah survei Ipsos (2025) menunjukkan bahwa 69% UMKM merasakan dampak positif pemasaran digital berbasis narasi. Konsumen lebih tertarik membeli produk yang memiliki makna, bukan sekadar barang.
Sebagai generasi yang terlahir di era digital, akses internet telah menjadi kebutuhan bagi Gen Z. Menurut survey AC Nielsen, sebanyak 93% anak-anak dan 97% remaja menyatakan bahwa mereka mengakses internet melalui perangkat mobile seperti smartphone atau iPad. Aktifitas yang paling banyak dilakukan oleh Gen Z dengan internet adalah berinteraksi melalui media sosial, menjelajah internet, bermain game dan mendengarkan musik.
Inilah mengapa Batiklopedia.com hadir. Kami membangun direktori batik digital yang bukan sekadar menampilkan foto produk, melainkan menuturkan kisah di balik setiap motif, perajin, hingga proses pembuatannya. Narasi ini tidak hanya memperkuat daya tarik pembeli, tetapi juga meningkatkan nilai jual batik di mata pasar modern dan global.
Era kini adalah era bercerita. Dari kain jadi cerita, dari cerita jadi nilai, dan dari nilai jadi kekuatan ekonomi. Mari pasarkan batikmu di Batiklopedia.com dan bersama-sama melestarikan warisan budaya sambil mengembangkan usaha.
