Di tengah geliat pelestarian batik di Jakarta, hadir sebuah komunitas yang konsisten menjaga napas budaya Betawi melalui karya tangan perempuan perajin. Komunitas itu bernama Kriya Kara, berdiri pada tahun 2022 dari sebuah pelatihan resmi yang digelar oleh dinas terkait. Mereka ditemui saat berada di Avenzel Hotel and Convention Cibubur, mengisi atraksi budaya Hari Batik mulai 29 September hingga 4 Oktober.

Awalnya, para anggotanya hanyalah UMKM dengan bidang berbeda, mulai dari menjahit, merajut, hingga membuat kriya sederhana. Namun, setelah pelatihan batik Betawi, mereka menemukan gairah baru: menjadikan batik bukan hanya produk budaya, tetapi juga sumber penghidupan. Dari sinilah mereka bersatu, membentuk wadah bernama Kriya Kara, yang dalam maknanya berarti berkarya dengan sesuatu yang murni dan cantik.
Kini, komunitas ini beranggotakan sekitar 20 orang, dengan 15 anggota aktif yang rutin berproduksi di sebuah ruang bersama. Meski berasal dari latar belakang dan keahlian berbeda, semangat kolektif mereka membuat Kriya Kara bertahan. Untuk menjaga harmoni, komunitas ini menerapkan aturan dan SOP, sehingga ego personal bisa dikesampingkan demi tujuan bersama: mencari penghasilan tambahan dan berkarya.
Sejak aktif pada 2024, Kriya Kara mulai memperkenalkan batik Betawi di berbagai panggung. Mereka pernah tampil di Hotel Arya Duta, Hotel Borobudur, Bazar Balai Kota DKI Jakarta, hingga Jitex. Kehadiran di event-event tersebut bukan hanya memperluas pasar, tapi juga menumbuhkan motivasi anggota. Para perajin merasa bahwa karya mereka memiliki ruang, dihargai, dan punya peluang nyata untuk berkembang.
“Dengan adanya event, mereka jadi semangat untuk terus berproduksi. Ada keyakinan kalau karya tidak akan sia-sia, selalu ada tempat untuk ditampilkan,” ungkap Rizkika Saraswati atau akrab disapa Kika, pendamping komunitas ini.
Lebih dari sekadar komunitas, Kriya Kara adalah rumah kreatif bagi perempuan-perempuan tangguh Jakarta Timur. Mereka membuktikan bahwa batik Betawi masih hidup, relevan, dan bisa terus tumbuh jika dikerjakan bersama-sama, dengan karya yang murni, asli, dan penuh cinta.
Meski tergabung dalam komunitas, secara personal mereka memiliki brand usahanya masing-masing:




