in

Ibu Pertiwi Menangis Dalam Motif Batik Sapuan

Sapuan, Pemilik Batik Sapuan

batik sapuan

Bencana banjir bandang Garut, Jawa Barat masih menyisakan kenangan pahit dengan korban meninggal puluhan orang dan kerusakan material hingga milyaran rupiah. Kerusakan hulu yang berdampak pada hilir, menunjukkan keramahan alam telah berubah menjadi peringatan untuk mawas diri terhadap lingkungan yang rusak. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan banjir bandang tersebut diakibatkan oleh rusaknya daerah aliran sungai (DAS) Cimanuk.

“Banjir bandang akibat luapan Sungai Cimanuk di Garut, Jawa Barat, diakibatkan rusaknya Daerah Aliran Sungai (DAS). Kejadian ini potret buruk aliran Sungai Cimanuk,” ujar Sutopo, saat memberikan keterangan pers, di Graha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (21/9/2016).

Gambaran tentang bencana yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan telah lama menjadi perhatian pembatik asal Pekalongan, Sapuan. Profesi utamanya sebagai guru Biologi di salah-satu SMP Negeri di Kabupaten Pekalongan, melihat bencana yang disebabkan oleh ulah manusia berperan dalam kerusakan lingkungan. Dan ia berusaha menerjemahkannya dalam motif batik Ibu Pertiwi Menangis.

Ada dua karya motif batik yang diberi nama Ibu Pertiwi Menangis. Ia membuatnya sejak 2008 dan sempat dipamerkan di Gelar Batik Nusantara 2009. Kemudian yang kedua dibuat tahun 2010. “Motif ini didasari dari penglihatan saya melihat kerusakan alam, akibat kerakusan anak manusia yang mengeksploitasi alam secara tak terkendali,” ujarnya.

Seperti kebanyakan batik pesisiran, Sapuan membuat motif tersebut secara realis. Seorang ibu yang terduduk berlutut sambil tangan kanannya memegang dahi dengan kepala tertunduk. Terdapat pula gambar kapal laut yang membawa gelondongan kayu hasil pembalakan, diikuti gambar orang yang tengah membalak kayu. “Saya menggambarnya secara realis agar mudah dipahami ceritanya,” sergahnya.

Batik motif Ibu Pertiwi Menangis lama pengerjaannya, setahun. Digambar di atas kain mori primissima kereta kencana dengan ukuran 275 cm x 105 cm. Motif ini melibatkan lima orang perajin dan satu juru gambar. Untuk teknik pewarnaannya dilakukan pencelupan delapan kali agar menghasilkan warna satu arah warna monochrome, dari coklat muda ke coklat tua. Pewarnaan coklat dipilih untuk menghasilkan situasi penceritaan gambar.

Tingkat kesulitan yang dialami dalam pembuatan batik motif Ibu Pertiwi Menangis tersebut adalah menjaga kestabilan malam atau lilin agar tidak rontok karena seringnya proses pencelupan warna.

Tentang hadirnya ide motif tersebut, didasarkan atas keprihatinannya terhadap kondisi kerusakan alam yang diakibatkan oleh ulah manusia seperti illegal logging, illegal fishing, dan lain sebagainya. Warna coklat yang mencolok mencirikan kegersangan situasi yang diakibatkan kerusakan lingkungan.

Batik Sapuan menciptakan batik sebagai media ekspresi untuk menuangkan kegundahan hatinya terhadap hal yang diperhatikannya. Teknik pembatikan dan karya fine art dipersatukan dalam media kain. Selain batik motif Ibu Pertiwi Menangis, ia juga telah menghasilkan motif lainnya yang tematik, seperti: Garuda Angkrem, Satria Asuhan Garuda, Doa Ibu Pertiwi, Kandungan Ibu Pertiwi, Sumpah 3 Era, Petruk Berkantong, Merpati Nusantara, Rawa Bunga dan Mina, Ilir-Ilir, Jaga Kali, Dewa Ruci, Padepokan, Pancasila-1, dan Pancasila 2.

Sapuan mengaku latar-belakang pembuatan motif Ibu Pertiwi Menangis, juga diilhami dari dua surat dalam Al Qur’an. Yang pertama diambil dari surat Ar Rum ayat 41, yang artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Surat lainnya adalah Al A’raf ayat 56 yang artinya: Janganlah berbuat kerusakan di bumi setelah diciptakan dengan baik. Ibu pertiwi merupakan idiom dari bumi nusantara. Kata-kata menangis mengacu pada kesedihan mendalam terhadap bencana yang terjadi akibat ulah manusia Indonesia.

Dalam batik, makna tersirat dan tersurat banyak dibuat oleh pembuatnya. Tidak hanya sekedar estetika corak penghias bidang kain, tetapi juga pesan yang disampaikan kepada pengguna maupun orang lain. Inilah keindahan batik dan ikhwal motif batik terlahir sejak dulu.

e-smart

UMKM Akan Mendapatkan Program E-Smart

motif batik ginko

Motif Batik Ginko diperkenalkan Iwet Ramadhan Di Jakarta Fashion Week 2017