Lutfi Koriah Yunani, atau akrab disapa Kori, adalah sosok muda di balik lahirnya Cemethik Studio, rumah kreatif batik tulis dari Desa Jarum, Bayat, Klaten. Lahir tahun 1998, ia tumbuh di tengah kesederhanaan keluarga pedagang pasar di Jogonalan. Keputusan bersekolah di SMK Negeri 1 ROTA Bayat menjadi awal perjumpaannya dengan dunia batik. Meski awalnya tak pandai menggambar, tekad dan dorongan sang ibu menuntunnya menemukan jati diri sebagai pembatik muda. Dari sekolah yang dibangun untuk pemulihan pasca gempa itulah, ia belajar bahwa keterampilan tradisi bisa menjadi jalan hidup yang bermakna.
Perjalanan Kori berlanjut ke Institut Seni Indonesia Yogyakarta, tempat ia mengasah konsep desain dan filosofi kain nusantara. Pengalaman magang di Hot Wax Studio Pekalongan membuka pandangan bahwa batik bukan sekadar keterampilan tangan, melainkan karya bernilai tinggi. Dari selendang “Sekar Murai” yang terjual di media sosial, ia membangun langkah pertama menuju Cemetik Studio. Berdiri pada akhir 2019, di masa awal pandemi, brand ini justru tumbuh pesat berkat ketekunan dan inovasi digital. Kini Cemetik Studio mempekerjakan puluhan perempuan pembatik dengan spesialisasi batik halusan berkelas.
Bagi Kori, Cemetik bukan sekadar usaha, tapi bentuk tanggung jawab generasi muda untuk menjaga denyut tradisi Bayat. Ia meyakini bahwa batik adalah cermin perjalanan manusia—tumbuh, berkembang, dan meninggalkan nama baik. Dalam setiap goresan canting, Kori dan timnya menghidupkan semangat leluhur Sunan Tembayat, menganyam nilai-nilai spiritual dan sosial dalam motif-motif yang lahir dari tanah Klaten. Melalui tangan-tangan perempuan Bayat, Cemetik Studio menjadi bukti bahwa tradisi tidak mati; ia berevolusi dalam genggaman generasi muda yang mencintainya dengan sepenuh hati.

