Ragam motif batik di berbagai wilayah di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri. Direktorat IKM Kementerian Perindustrian menggelar bimbingan teknis dalam rangka penumbuhan IKM batik Pacitan, 3 – 7 Agustus lalu untuk memperkuat motif batik Pacitan yang khas. Lembaga tersebut menghadirkan Komarudin Kudiya, pemilik Batik Komar Bandung sebagai instrukturnya.
Pacitan adalah kabupaten di wilayah Jawa Timur. selain dikenal dengan Kota Seribu Goa, Kota Purbakala, juga dikenal sebagai tempat lahirnya Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono.
Tiga Kecamatan Pembatik
Kabupaten Pacitan terletak di ujung Barat Daya Provinsi Jawa Timur, berbatasan dengan Yogyakarta di sebelah Barat, dan Surakarta di sebelah Utara. Dengan demikian sangat lumrah bila kondisi budaya masyarakatnya sangat kental dengan pengaruh budaya kedua daerah tersebut, termasuk dengan tradisi batik tulisnya yang kemudian menjadi khas batik Pacitan.
Di Kabupaten Pacitan sendiri hingga kini terdapat tiga Kecamatan yang menghasilkan batik-batik tulis, diantaranya adalah Kecamatan Pringkuku, Kecamatan Ngadirojo dan Kecamatan Pacitan.
Menurut Bapak Satimo, pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pacitan, jumlah perajin batik Pacitan kurang lebih 500 tenaga kerja dan 15 pengusaha batik.
Asal Usul Pacitan
Berdasarkan penuturan dari perajin batik yang berada di Kecamatan Pacitan, istilah Pacitan berasal dari kata ramuan buah pace (mengkudu) yang direndam dengan legen kelapa, untuk disajikan kepada Pangeran Mangkubumi beserta rombongan yang bergerak mundur ke selatan dalam Perang Palihan Nagari (1746-1755).
Peristiwa perang tersebut merupakan perang melawan pemerintah Pakubuwono II di Mataram. Konon dengan meminum ramuan tersebut kekuatan fisik rombongan kembali pulih. Kemudian daerah itu diingat sebagai pace sepengetan (Ronggosaputro : 1980). Sedangkan sumber lain mengatakan Pacitan berasal dari kata pacitan yang dalam bahasa Jawa berarti suguhan dalam bentuk camilan atau makanan ringan.
Motif Pace
Peserta yang terdiri dari kalangan pembatik, diberi pembekalan teknis membatik oleh Komarudin Kudiya yang juga Ketua Asosiasi Perajin Dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI). Sepanjang pelatihan, ditemukan hanya sebagian kecil yang mampu memproses batik dengan cara baik dan benar.
Desain-desain yang dibuatnya masih sangat sederhana sekali dan belum ada kemampuan untuk melakukan pengembangan desain yang baru. Kendala yang diutarakan oleh perajinnya karena mereka masih mendapatkan upah yang sangat rendah, hingga gairah untuk membatiknya makin hari makin menurun.
Mereka pun berharap agar ada Bapak angkat yang dapat mengangkat upah dan menambah pendapatannya, sehingga gairah membatiknya tumbuh kembali.
Dalam kesempatan pelatihan tersebut, dihibahkan delapan desain batik untuk dikerjasamakan pembuatannya ke dalam pola kemeja bertema motif pace. “Kami mencoba melakukan kolaborasi dengan cara berikan bantuan desain-desain baru, kain katun primissima, canting dan malam. Dengan demikian diharapkan batik Pacitan, khususnya di Kecamatan Pacitan akan melahirkan desain-desain batik baru dengan sentuhan Batik Komar namun tetap terasa batik Pacitan dengan warna-warna khas yang ada seperti sekarang ini,” ujar Komarudin Kudiya menjelaskan program pembekalan teknik tersebut.