in

Berhenti Di Masa Silam

 Bentuk pintu, kolom ruang, jendela yang tinggi dan besar, menyiratkan bangunan Belanda khas era kolonial di Indonesia. Perabotan yang ada di hotel, hampir kebanyakan koleksi pribadi pemilik awal hotel tersebut.

ornamen VOL 5-5Aura masa silam dari bangunan tua asri tersebut, menaungi keseluruhan ruangannya. Diantara hiruk-pikuk Kota Jogja, areal Hotel Mustokoweni yang berdampingan dengan hotel besar Tentrem, menyisakan ketenangan nan damai.

Gaya arsitekturnya khas Belanda masa kolonial, dan menyadur beberapa ornamen Jawa. Semula pemiliknya adalah Oemi Salamah Prawironegoro (1902 – 1977). Ia adalah musisi dan fashion designer ternama pada masanya. Terletak di Jalan A.M. Sangaji No. 72 Yogyakarta, hunian ini berubah fungsi menjadi hotel sejak 1971, setelah sebelumnya dipergunakan pula sebagai asrama mahasiswa.

Bentuk pintu, kolom ruang, jendela yang tinggi dan besar, menyiratkan bangunan Belanda khas era kolonial di Indonesia. Perabotan yang ada di hotel, hampir kebanyakan koleksi pribadi pemilik awal hotel tersebut. Untuk tradisional Jawa, unsur kayu dan batik menguatkan aksen ruang bangunannya.

Mustokoweni berpindah kepemilikan menjadi milik Larasati Suliantoro Sulaiman, tokoh penggerak Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad (PPBI Sekar Jagad). Tak heran selain mempertahankan kondisi hotel sebagai bangunan heritages, ia pula mendandaninya dengan pelbagai ornamen batik untuk memberikan edukasi serta wacana batik Indonesia yang elok dan menawan.

 

 

Di bagian taman, terdapat kursi taman dan pepohonan rindang. Tersembul di sebelahnya bangunan Hotel Tentrem.

ornamen VOL 5-7Di bagian lobby, terdapat lukisan besar tokoh pewayangan Mustokoweni, lengkap dengan keterangan gambar. Seorang tokoh wanita yang berseteru dengan Raden Priyambodo. Ketika panah Raden Priyambodo mengarah pergi ke dada Mustokoweni, ia tidak mati tertancap panah tersebut, justru terbuka pakaiannya. Raden Priyambodo layaknya kisah Ken Arok yang terpana ketika kain bawahan Ken Dedes tersingkap, menjadi jatuh cinta. Mustokoweni Hotel ini hanya memiliki dua tipe kamar, family dan deluxe.

Furniture kayu paling dominan menghiasi area lobby dan resto di teras sampingnya. Di bagian resto meski nampak padat dan sempit penataan meja kursinya, namun memberikan kesan apik. Ornamen batik lagi-lagi menjadi bagian penataan visual ruang, terlihat pada penggunaan taplak meja.

Di bagian kamar, suasana bangunan lama kental terasa. Terlebih furniture kayu serta lukisannya menggambarkan hal tersebut. Ceiling-nya tinggi khas bangunan Belanda era kolonial yang dulunya bertujuan sirkulasi ruangan tetap sejuk.

 

 

 

 

 

 

Pada ruangan tersebut, batik menjadi dominan menguatkan aksen ruangan. Sebuah meja kayu jati besar menghampar dan didandani dengan taplak kain batik serta asesoris berbahan batik.

ornamen VOL 5-15Di bagian taman, terdapat kursi taman dan pepohonan rindang. Tersembul di sebelahnya bangunan Hotel Tentrem. Taman ini kini diperuntukkan untuk bersantai, olahraga, hingga membatik. Di bagian bawah bangunan terdapat galeri batik milik Larasati Suliantoro Sulaiman. Warna biru pada batik dominan terlihat, karena pemiliknya adalah pencetus kembalinya penggunaan warna alam. Warna batik biru tersebut kemudian dikenal sebagai batik indigo dari bahan indigofera tintoria.

Pada ruangan tersebut, batik menjadi dominan menguatkan aksen ruangan. Sebuah meja kayu jati besar menghampar dan didandani dengan taplak kain batik serta asesoris berbahan batik. Ruangan ini diperuntukkan sebagai meeting room atau menyambut tamu-tamu galeri untuk mendapatkan pengetahuan lebih tentang koleksi batik yang terdapat di dalamnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Majalah BATIK On Fashion

batik pesisir

Soul of Pesisiran – Batik Pesisir Failasuf

Beauty Of Flowers – Dana Rahardja